Kilas Balik Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte

by Jhon Lennon 53 views

Guys, mari kita ngobrolin soal mantan presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Siapa sih yang nggak kenal sama beliau? Namanya tuh meledak banget di seluruh dunia pas beliau menjabat dari tahun 2016 sampai 2022. Duterte, yang sering dipanggil "Digong", itu sosok yang unik dan kontroversial. Pendekatan tough on crime-nya bikin banyak orang terpukau sekaligus bikin geleng-geleng kepala. Dia janjiin bakal berantas narkoba dan kejahatan dalam waktu singkat, dan dia nepatin janji itu, meski dengan cara yang bikin banyak pihak khawatir. Bayangin aja, dia jadi walikota Davao selama 22 tahun sebelum akhirnya melenggang ke kursi kepresidenan Filipina. Pengalaman panjang di level lokal ini bikin dia punya basis pendukung yang kuat dan strategi yang nggak biasa. Fokus utamanya? Keamanan dan ketertiban. Dia nggak ragu pakai cara-cara yang keras buat ngatasin masalah yang udah bertahun-tahun bikin pusing rakyatnya. Banyak yang bilang, dia itu pahlawan yang berani ngambil tindakan tegas, sementara yang lain ngelihat dia sebagai sosok yang melanggar hak asasi manusia. Pokoknya, era Duterte ini penuh warna, guys, dan pasti bakal jadi bahan obrolan yang seru buat dibahas lebih dalam.

Pas mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte mulai kampanye, dia punya janji kampanye yang sangat berani dan langsung menarik perhatian. Dia bilang, kalau terpilih, dia bakal memberantas kejahatan dan korupsi di Filipina dalam waktu enam bulan. Gila kan? Tapi ya, justru karena keberaniannya itu, banyak orang yang terpukau dan merasa punya harapan baru. Dia juga terkenal dengan retorikanya yang keras dan blak-blakan. Dia nggak takut ngomong apa aja, seringkali pakai kata-kata yang kasar, tapi justru itu yang bikin pendukungnya merasa dia itu apa adanya dan nggak munafik. Nah, salah satu kebijakan paling terkenal dan paling kontroversial selama masa kepresidenannya adalah perang melawan narkoba atau Oplan Tokhang. Duterte memerintahkan polisi untuk mengambil tindakan keras terhadap pengguna dan pengedar narkoba. Akibatnya, banyak laporan tentang eksekusi di luar hukum dan kekerasan yang meluas. Ini yang bikin banyak organisasi HAM internasional dan PBB mengecam tindakannya. Tapi di sisi lain, banyak juga warga Filipina yang merasa aman karena angka kejahatan jalanan menurun drastis di beberapa area. Jadi, dilemanya tuh besar banget, guys. Di satu sisi, dia dituduh melakukan pelanggaran HAM berat, tapi di sisi lain, dia dianggap berhasil menciptakan rasa aman bagi sebagian masyarakat. Kepemimpinan tegas-nya ini yang jadi ciri khasnya, bikin dia jadi pemimpin yang dikenang, entah itu karena alasan baik atau buruk.

Ngomongin soal mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte, nggak lengkap rasanya kalau nggak bahas kebijakan luar negerinya. Awalnya, dia kan deket banget sama Amerika Serikat, sekutu tradisional Filipina. Tapi pas dia menjabat, ada perubahan drastis. Dia mulai menunjukkan sikap yang lebih mandiri dan kritis terhadap AS, bahkan sempat mengancam bakal memutuskan perjanjian pertahanan. Dia juga merangkul Tiongkok dan Rusia, yang sebelumnya dianggap sebagai rival atau kekuatan yang perlu diwaspadai. Keputusan ini bikin banyak pihak kaget dan bertanya-tanya arah politik Filipina. Duterte beralasan, dia ingin mengejar kebijakan luar negeri yang independen, nggak mau lagi didikte oleh negara lain. Dia juga fokus banget sama isu Laut Tiongkok Selatan, di mana Filipina punya klaim teritorial yang bersinggungan sama Tiongkok. Sikapnya yang tegas dalam isu ini, sambil tetap membuka dialog sama Tiongkok, jadi ciri khas diplomasi ala Duterte. Dia juga aktif di ASEAN, berusaha memperkuat kerjasama regional. Perubahan orientasi geopolitik-nya ini jelas jadi salah satu warisan terpenting dari masa kepresidenannya. Ini nunjukin kalau Filipina di bawah kepemimpinannya berusaha menemukan jalannya sendiri di panggung internasional, nggak lagi cuma ngikutin arus. Pokoknya, era Duterte ini bikin dunia diplomasi internasional jadi makin dinamis dan nggak terduga, guys.

Selain isu keamanan dan luar negeri, mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte juga punya fokus pembangunan ekonomi yang menarik buat kita kupas. Meski kebijakan utamanya seringkali berpusat pada pemberantasan kejahatan, dia juga punya program-program ekonomi yang signifikan. Salah satu yang paling menonjol adalah program "Build, Build, Build". Ini adalah program infrastruktur besar-besaran yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan jalan, jembatan, bandara, dan pelabuhan di seluruh Filipina. Tujuannya jelas, guys, yaitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan konektivitas antar wilayah. Bayangin aja, proyek-proyek raksasa ini diharapkan bisa ngubah wajah Filipina jadi lebih modern dan kompetitif. Di samping itu, pemerintahannya juga berusaha menarik investasi asing dengan berbagai insentif. Nah, tapi nggak semuanya mulus ya, guys. Program "Build, Build, Build" ini juga menuai kritik, terutama soal pendanaan dan dampak lingkungan. Ada kekhawatiran soal utang negara yang membengkak dan proyek-proyek yang nggak ramah lingkungan. Tapi dari sisi lain, pendukungnya bilang ini adalah langkah penting untuk memodernisasi Filipina dan ngasih kesempatan ekonomi buat masyarakat. Jadi, kayak biasa, ada sisi positif dan negatifnya. Yang jelas, fokusnya pada infrastruktur ini ninggalin jejak nyata pembangunan yang bisa kita lihat sampai sekarang, guys.

Soal hak asasi manusia di era mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte, ini emang jadi topik yang paling sering dibahas dan paling bikin kontroversi. Kayak yang udah disebutin tadi, perang melawan narkoba-nya itu loh, yang jadi sorotan utama. Ribuan orang tewas dalam operasi polisi dan dugaan pembunuhan di luar proses hukum. Banyak banget laporan dari organisasi HAM internasional yang mendokumentasikan pelanggaran berat. Ini bikin Filipina jadi sorotan dunia dan dikecam keras. Duterte sendiri seringkali membela tindakannya, bahkan kadang menantang kritik dari luar negeri. Dia bilang, semua itu demi memberantas kejahatan yang udah merusak masyarakat. Dia juga sering ngomong kalau dia punya kekebalan hukum sebagai presiden dan nggak bisa diintervensi. Nah, ini yang bikin para aktivis HAM makin geram. Mereka menuntut akuntabilitas dan keadilan bagi para korban. Ada juga upaya dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki kejahatan yang diduga terjadi. Tapi ya, prosesnya kan panjang dan rumit, guys. Pokoknya, isu HAM ini jadi bayangan kelam di kepemimpinan Duterte, dan ini adalah warisan yang akan terus diperdebatkan. Penting banget buat kita ngingetin soal ini, biar kejadian kayak gini nggak terulang lagi di mana pun.

Terakhir nih, guys, kita bahas soal warisan yang ditinggalkan oleh mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ini menarik banget karena pandangan masyarakat terhadapnya itu sangat terpolarisasi. Di satu sisi, banyak pendukungnya yang menganggap dia sebagai pemimpin yang kuat, jujur, dan berani mengambil tindakan tegas untuk memberantas kejahatan dan korupsi. Mereka merasa aman dan punya harapan selama masa kepemimpinannya. Angka kejahatan yang turun di beberapa wilayah jadi bukti nyata buat mereka. Di sisi lain, para kritikus dan korban pelanggaran HAM melihatnya sebagai figur otoriter yang melanggar hukum dan merusak demokrasi. Mereka menyoroti ribuan kematian dalam perang narkoba dan dampak negatifnya terhadap hak-hak sipil. Jadi, kalau ditanya apa warisannya, jawabannya nggak tunggal, guys. Dia meninggalkan perubahan signifikan dalam cara Filipina memandang keamanan dan kebijakan luar negeri. Program infrastruktur "Build, Build, Build" juga jadi bukti fisik pembangunan yang dia lakukan. Namun, isu pelanggaran HAM yang belum terselesaikan akan terus membayangi namanya. Yang pasti, Rodrigo Duterte adalah sosok yang tidak terlupakan dalam sejarah Filipina modern, dan perdebatan tentang warisannya akan terus berlanjut untuk waktu yang lama. Gimana menurut kalian, guys?